BIMBANG
“Ini aku, yang waktu itu kau culik dari pementasan drama.” Gadis
itu mengerling manja.
Hiro membulatkan
matanya tak percaya, ia semakin dibuat terkejut dengan pengakuan gadis itu.
Hiro baru bisa mencerna apa yang terjadi setelah beberapa detik kemudian, refleks
ia melepaskan pelukan gadis itu dan menghindar. Setelah Hiro melihat dengan
jelas gadis itu, ia bisa memastikan bahwa pengakuanya memang benar. Ia bisa
mengenali gadis itu dari wajah dan tubuh idelanya yang seperti barbie. Namun
yang membuatnya heran adalah, apa yang dilakukanya di tempat ini?
“Sea...” Panggil
Vanessa dengan nada terkejut, dan gadis itu langsung berpaling padanya. Ia
kemudian melempar senyum akrab ke arah Vanessa, lalu menghampirinya.
“Aku sudah
mendengar tentang pernikahan palsu kalian.” Katanya. “Aku harap dia tidak
banyak merepotkanmu selama berada disini.”
“Kemana kau selama
ini?” Tanya Vanessa dengan wajah khawatir, ia tidak menggubris perkataan Sea.
“Aku pergi ke
suatu tempat karena seseorang.” Sea melirik sedikit ke arah Hiro melalui ekor
matanya, Hiro menghindar dari tetapan itu dengan membuang muka ke arah lain.
“Mengapa kau bisa
sesantai ini, dosen dan para mahasiswa semuanya mengkhawatirkanmu. Sebenarnya
apa yang kau lakukan selama ini?”
Sea memutar bola
matanya. “Sekarang kau jadi lebih cerewet. Tenanglah nona buruk rupa, yang
jelas aku sudah kembali.”
“Tapi tetap saja
kau seharusnya...”
“Tunggu.” Potong
Sea saat melihat Vanessa dari ujung kaki hingga ujung rambut. “Apa yang terjadi
dengan penampilanmu? Wah, kau tampak lebih baik sekarang.”
Vanessa terdiam,
ia mengintip ke arah Hiro melalui ekor matanya.
“Btw, aku mau
minjem Hiro buat makan malam.” Sea mengerling ke arah Hiro.
Hiro membulatkan
matanya terkejut, ia langsung menolak. “Tidak bisa, kami sudah.....”
“Silahkan.” Jawab
Vanessa memotong perkataan Hiro.
“Asyiiik...” Sea
berbinar kemudian langsung menghambur ke arah Hiro dan menggandeng tanganya.
“Ayo kita pergi.”
Hiro sempat
melakukan protes namun Vanessa maupun Sea tidak menggubrisnya sama sekali.
Akhirnya dia hanya bisa pasrah ketika Sea menyeretnya masuk ke dalam mobil
Sport merah menyala yang sudah terpakir di depan rumah Vanessa. Saat sudah
berada di mobil itu, Hiro melihat ke arah Vanessa yang masih diam saja dengan
ekspresi datar.
“Jangan lihat dia
seperti itu, orang lain akan mengira bahwa kau menyukainya.” Komentar Sea.
Hiro tersentak, ia
langsung mengalihkan pandangan dari jendela mobil kemudian membetulkan posisi
duduknya salah tingkah. Ia berdehem gugup dan tetap menghindari kontak mata dengan Sea, walau bagimana pun ia
masih sulit jika berhadapan dengan gadis itu. Terlebih lagi jika mengingat
insiden terakhir yang melibatkan dirinya.
* * *
Sea menyantap
steaknya dengan santai, sementara Hiro melihat sekelilingnya dalam keadaan
gugup. Cafe tempatnya berada tampak tidak terlalu ramai, hanya beberapa meja
saja yang terisi.
“Kau tidak suka
makananya?” Sea bertanya.
Hiro menggeleng,
ia kemudian menatap makanan di hadapanya dengan perasaan tidak enak.
“Sebenarnya apa alasanmu mengajaku makan malam?”
“Hanya ingin makan
denganmu saja. Kenapa, kau takut aku memasukan sesuatu kedalam makananmu?”
Hiro menelan
ludahnya. “Hubungan kita tidak cukup baik untuk bisa makan malam dengan santai
seperti ini. Bukankah kau menaruh dendam terhadapku atas insiden terakhir?”
Vanessa menyimpan
sendoknya kemudian menopang dagu sambil tersenyum. “Awalnya aku kesal, tapi
karena saudara-saudaramu sangat tampan aku jadi betah di tempat itu.”
“Tapi tempat kami
bukan sesuatu yang bila kau betah, kau bisa tinggal disana sesuka hati.”
“Memangnya tidak
ada yang memberitahumu?” Mata Sea membulat sempurna. “Aku diterima disana
dengan sangat baik.”
Hiro tercengang.
“Tapi kau tidak memenuhi standar sebagai kaum kami, bagaimana ceritanya kau
diterima dengan baik disana?”
“Sebenarnya aku
punya 2 kepribadian.” Bisik Sea hati-hati. “Satu kepribadian manusia, dan satu
lagi kepribadian yang memiliki kelebihan. Saat aku pingsan itu adalah saat
kepribadian yang satu lagi berusaha muncul untuk mendominasi.”
Hiro menerawang
kejadian waktu itu kemudian mengangguk paham. “Saat ini, kepribadian mana yang
muncul?” Tanya-nya hati-hati.
“Dua-duanya, aku
berhasil menyatukan kedua kepribadian itu sehingga menjadi setengah manusia.”
“Dan kau bisa
datang ke dunia ini sesuka hatimu?”
Sea mengangguk.
“Tentu saja karena aku masih termasuk manusia.”
“Wahh..” Hiro
terkagum, detik selanjutnya ia merasakan dadanya sempit sekali. “Kau
benar-benar beruntung, mudah sekali untukmu mendapatkan pengakuan dari kaum
kami. Padahal tadinya kau adalah seorang manusia.”
Hiro menghembuskan
nafas berat. “Sementara aku yang merupakan anak terakhir dari kepala kaum
mereka, harus melewati proses yang rumit hanya untuk mendapatkan sebuah
pengakuan.”
“Kau akan
mendapatkan pengakuan dalam tingkatan yang berbeda, jika berhasil menjalankan
misi itu. Tenanglah, yang jelas suatu saat kau pasti mendapatkanya.” Ucap Sea
menyemangati.
Hiro tersenyum,
meyakinkan hatinya untuk mempercayai kata-kata Sea. “Apa disana baik-baik saja?
Bagaimana dengan keluargaku?”
“Disana baik,
bahkan mungkin lebih baik tanpamu.” Sea terkekeh. “Keluargamu juga baik-baik
saja, mereka berharap kau bisa kembali secepatnya.”
“Oh iya, bagaimana
dengan keluargamu?”
“Keluargaku?
Mereka tidak disini, mereka selalu berada di tempat yang jauh.” Jawab Sea
dengan ekspresi sedih yang berusaha di tutupinya.
“Tetap saja,
mereka pasti khawatir bila kau menghilang tiba-tiba.”
“Mereka hanya
menghubungiku sebulan sekali, mungkin untuk sekedar memastikan apakah aku masih
hidup atau tidak. Saat aku menghilang, orang tuaku selalu menganggap bahwa aku
sedang bersenang-senang.”
“Bagaimana bisa
begitu?”
“Karena uang di
ATM-ku bertambah setiap harinya, mereka selalu mengirim dalam jumlah yang
besar. Saat aku bosan aku akan memakai uang itu untuk bersenang-senang. Aku
pernah keluar negri selama 2 bulan tanpa menghubungi siapa pun, dan itu tidak
memberikan pengaruh apa-apa terhadap mereka.”
Ekspresi Hiro
berubah sendu, ia memandang Sea dengan perasaan tak enak. “Walau bagaimanapun
aku sangat menyesal telah salah mengenalimu dan sembarangan membawamu ke tempat
itu, aku minta maaf.”
“Kau tidak perlu
meminta maaf. Justu aku sangat berterimakasih karena telah mengenalkan dunia yang berbeda, sehingga aku bisa
mengenal orang-orang luar biasa seperti keluargamu.”
“Melihat dari
caramu bicara sepertinya kau benar-benar tidak masalah dengan tempat itu.” Ujar
Hiro tersenyum lega.
“Bagaimana
denganmu?” Tanya Sea. “Apakah pencarian Black Fairys sudah mengalami
perkembangan?
Hiro menggeleng
lemas, hatinya mencelos tiap mengingat Black Fairys. “Aku baru melihatnya
sekali dan dia menghilang dengan sangat cepat. Berpikir ribuan kali pun tetap
saja rasanya mustahil untuk menangkap Black Fairy.”
“Kau tidak usah
khawatir, mulai sekarang aku akan membantumu.” Kata Sea nampak serius.
“Benarkah?” Mata
Hiro berbinar-binar senang mendengarnya.
Sea mengangguk.
“Oleh karena itu, kau bisa menceraikan Vanessa dan tinggal denganku.”
Binar di mata Hiro
berangsur menghilang, mendadak hatinya diliputi kebimbangan tanpa sisa rasa
senang sedikitpun. Ia tidak langsung menjawabnya seperti yang Sea harapkan.
* * *
Bercerai dengan
Vanessa? Hanya dengan memikirkanya saja hatiku merasa tidak enak seperti ini.
Apa yang sebenarnya terjadi padaku?
Sepanjang malam
itu Hiro merasakan dadanya sesak saat berpikir mengakhiri semuanya dengan
Vanessa, ia merasa hal itu sangat konyol sekaligus aneh. Bukankah ia sudah
mengetahui bahwa hubungan dengan Vanessa memang memiliki akhir dan semuanya pasti selesai suatu saat nanti.
Tapi mengapa hatinya seakan menolak kenyataan itu? Ia berpikir lama sekali
sampai akhirnya bisa terlelap.
Keesokan paginya
mobil Sea sudah terparkir kembali di halaman rumah Vanessa. Ia tampak cantik
mengenakan vest berbulu yang hangat di padukan kaos berkerah tinggi dengan
jeans hitam panjang serta memakai wedges super tinggi di kakinya. Sea
membiarkan rambut bergelombangnya tergerai cantik, ia kemudian melepas
sunglasess nya saat melihat Hiro dan Vanessa berdiri di depan rumah mereka.
“Ayo ke kampus bersamaku.”
Seru Sea saat ia berlari ke arah Hiro dan mengapit tanganya.
“Kenapa
penampilanmu sangat berlebihan sekali, padahal kita hanya pergi ke kempus.”
Komentar Hiro.
“Ini adalah trend
fashion saat ini.” Sea mengerucutkan bibirnya. “Kau tidak menyukainya? Ini
bukan type mu? Apakah type yang kau sukai itu seperti yang Vanessa pakai
sekarang?”
Hiro terdiam,
begitu juga Vanessa. Sea kemudian melempar pandangan tidak suka ke arah Vanessa
yang saat itu tengah mengenakan dress merah bata yang di pilihkan Hiro.
“Kita berangkat
sekarang sebelum terlambat.” Seru Sea setelah ia melirik jam di pergelangan
tanganya. “Ah kau juga bisa ikut, duduk di belakang ok.” Lanjutnya pada
Vanessa.
Vanessa berdiam
diri saja saat Hiro sudah di seret ke dalam mobil. “Aku akan naik angkot saja.”
“Tidak bisa.”
Tegas Hiro, ia menatap Vanessa dalam-dalam. “Berangkatlah bersama kami.”
Sea mengangguk .
“Iya, kau tidak usah sungkan. Ikut saja.”
Setelah menimang
cukup lama, Vanessa pun akhirnya ikut bergabung masuk ke dalam mobil yang di
kemudikan Sea.
* * *
Saat Vanessa
sumringah melihat Samudra dan mengejarnya ke gedung Fakultas Pertanian, Hiro
mulai merasakan ada yang aneh di dadanya. Sementara itu Sea tidak menjauhkan
diri sedikit pun dari Hiro dan terus menempel padanya kemana pun dia pergi.
Meskipun merasa risih, ia tidak bisa melakukan apa-apa karena berhutang maaf
pada gadis itu. Terlebih jika saat ini gadis itu adalah bagian dari kaumnya.
“Katanya kau benci
manusia..” Kata Sea, kala itu mereka sedang berjalan menuju kelas Hiro.
“Benar, tapi
kupikir mereka tidak brengsek semuanya.” Jawab Hiro.
“Contohnya
Vanessa? Memangnya dia sebaik apa?”
Hiro membenarkan.
“Tapi bukan hanya dia, ada juga Sugeng dan Mario. Mereka adalah teman-temanku.”
“Tapi kan mereka
sudah menerima bubuk manipulasi pikiran dari Gellar.”
“Meskipun tidak
diberi bubuk manipulasi pikiran, Mario dan Sugeng tetaplah orang yang baik.
Ramon tidak salah memilih mereka untuk menjadi temanku selama di dunia
manusia.”
Sea hanya
mengangguk-angguk paham. Sepanjang perjalanan itu banyak sekali mata yang
melihat ke arah mereka dengan tatapan kagum, iri, sinis dan lain sebagainya.
Pasalnya Hiro berstatus sebagai suami orang lain, namun di sisi lain mereka
tidak bisa menolak pesona Sea yang luar biasa cantik.
“Mereka pasangan
yang sangat cocok jika saja Hiro belum menikah dengan orang lain..” Celoteh
seorang gadis dari salah satu gerombolan mahasiswi yang mereka lewati.
Sea tersenyum
senang mendengarnya, sementara itu pikiran Hiro masih di liputi bayangan wajah
buruk rupa Vanessa. Ia benar-benar tidak mengerti perasaanya sendiri,
sepenuhnya ia menyalahkan bubuk manipulasi pikiran yang sudah mengubah image
Vanessa dalam pandangan Hiro.
* * *
“Kenapa sih kamu
rakus banget jadi cowok.” Celoteh Mario saat Hiro sudah bergabung denganya di
dalam kelas, Sea pergi ke direktorat untuk mengurus suatu hal. “Kau kan sudah punya Vanessa, kenapa
masih menggandeng cewek lain ke kampus.”
“Dan dahsyatnya
lagi dia itu Sea broooh.” Sugeng menambahkan. “Cewek yang 100% bertolak
belakang dengan Vanessa.”
“Kamu kalau mau
pilih Sea, ceraikan dulu Vanessa. Jangan giniin mereka seenak jidat.” Protes
Mario.
Hiro memutar bola
matanya malas. “Kalian kalo gak tau apa-apa jangan so tau.”
“Tapi
ngomong-ngomong gimana caranya kamu bisa merayu Sea?” Tanya Sugeng antusias.
“Selain cantik, dia kan tajir luar biasa.”
Mario ikut
antusias “Betul itu.. Ko tiba-tiba kamu bisa berangkat bareng dia?”
“Meskipun aku
menceritakanya, kalian gak bakalan percaya.”
Sugeng dan Mario
mendengus kesal
“Bilang saja kau tidak
ingin menceritankanya pada kami.” Keluh Mario.
“Oh iya, ibuku
mengundang kalian ke rumah pulang kuliah nanti.” Ujar Sugeng.
“Ke rumah kamu?”
Ulang Hiro antusias, ia sangat berkesan dengan keramahan keluarga Sugeng
terutama ibunya saat dulu ke rumah mereka. “Ada apa nih?”
“Kemarin ibuku
menyemblih sapi, dia ingin mengundang kalian mencicipi rendang buatanya.” Jawab
Sugeng, ia kemudian melanjutkan dengan nada serius. “Dan ada suatu hal yang
ingin ku tunjukan pada kalian.”
“CD porno baru?”
Tanya Mario antusias.
Sugeng dan Hiro
menjitaknya bersamaan. “Bokep mulu otak lu.”
“Pokonya pulang
kuliah kalian harus ikut ke rumah, ok!”
“Siap.. Apa lagi
kalo ada acara makan-makan.” Hiro menjawab dengan senyum penuh minat.
* * *
Pada pertengahan
siang itu langit memang sedikit mendung. Hiro mengikuti kelasnya dengan
malas-malasan, ia melihat Sugeng dan Mario juga menguap beberapa kali karena
bosan. Saat Hiro mengintip ke luar jendela ia menemukan langit mendung dengan
pergerakan aneh, ia juga mendapati angin di luar bertiup kencang sehingga
menerbangkan daun-daun. Feeling Hiro merasakan ada yang tidak beres dengan
cuaca hari ini.
Tak lama kemudian
Hiro di buat terkejut oleh suara mendengung mirip lolongan kereta. Tiba-tiba
saja ia merasakan bulu kuduknya berdiri, sekilas ia mengingat Anjani. Pembunuhan
yang terlupakan. Hiro kemudian menyapu seisi kelas dengan pandangan
matanya, dan seperti dugaanya, suasana disana tampak normal seperti biasa
seakan tidak terjadi apa-apa. Hiro dilanda rasa penasaran luar biasa, namun ia
teringat pesan Pery yang menyuruhnya tidak terlibat sedikit pun dalam kasus
Pembunuhan yang terlupakan. Pada akhirnya ia hanya duduk berdiam diri dengan
pikiran berkecamuk.
Siapakah yang
akan menjadi korban selanjutnya?
Bagaimana cara mereka
memilih korbanya?
Bagaimana cara
mereka membunuhnya?
Apakah Black Fairy
akan muncul?
Ya, Black Fairy
pasti muncul..
Keadaan mencekam
itu terjadi sekitar 5 menit, sebelum akhirnya suara mengerikan itu berhenti dan
angin berangsur menghilang. Hiro beranjak dari duduknya dan berlari keluar
ruangan, ia mengabaikan titah dosen di kelasnya untuk tetap disana. Hiro mengintip
langit yang mulai menurunkan kabut tebal, ia kemudian berlari ke lapangan
terbuka. Membiarkan kabut tebal itu turun mengerumuninya dan sengaja membiarkan
dirinya sendiri dalam keadaan menggigil karena perubahan temperatur yang
tiba-tiba.
“Aku harus
menemukan Black Fairy.” Gumam Hiro pada dirinya sendiri. Ia yakin Black Fairy
akan muncul untuk menghilangkan kabut-kabut aneh itu, dan ia hanya perlu
mengikuti kemana arah kabut itu menghilang untuk bisa melihat Black Fairy lagi.
Tepat seperti
perkiraanya kabut aneh itu akhirnya mulai menghilang dari sekitarnya dan pergi
menuju suatu arah. Tanpa pikir panjang Hiro langsung bergegas mengikutinya, dan
alangkah terkejutnya dia saat mendapati punggung kekar berbaju besi tepat
berada di hadapanya. Dan ia sangat yakin bahwa sosok yang telah mengincar
sesuatu itu benar-benar Samudra.
Namun ia dan Samudra
sama-sama harus menelan kekecewaan, pasalnya kehadiran Black Fairys hanya
muncul sekilas. Ia tidak lagi membiarkan Hiro menatapnya dengan dada berdebar
keras, melainkan segera meluncur kedalam plukan langit setelah hitungan detik
kemunculanya. Hiro segera beranjak menjauh dari sana sebelum Samudra menyadari
keberadaanya.
* * *
Saat kembali ke
kelas, Hiro sadar jam kuliahnya telah selesai. Ia kemudian menghampiri Mario
yang sedang membereskan buku-bukunya.
“Dari mana saja
tadi? Dosen mencoret nama mu dari daftar hadir.” Tanya Mario heran.
“Ada sedikit
urusan, biarkan saja lah.” Jawab Hiro tak peduli. “Jadi ke rumah Sugeng kan?
Lho, anaknya kemana?”
Mario terdiam, ia
melihat Hiro dengan wajah kebingungan. “Apa maksudmu? Ke rumah siapa?”
“Rumah Sugeng,
tadikan dia bilang kita..........” Ucapan Hiro menggantung, ia tersadar akan
suatu hal. “Kau kenal orang bernama Sugeng di kelas ini?” Tanya Hiro hati-hati.
Mario
menggelengkan kepalanya. “Bahkan aku baru mendengar nama itu sekarang.”
Hiro merasakan
aliran listrik menyengat seluruh tubuhnya sehingga bergetar hebat, ia
menggeleng tak percaya. “Tidak mungkin....” Apakah dia korban selanjutnya?
“Sebenarnya apa
yang kau bicarakan?” Tanya Mario masih kebingungan.
Hiro tidak bisa
mendengar pertanyaan itu karena seluruh pikirananya dipenuhi bayang Sugeng.
Saat mengingatnya ia merasakan kehampaan luar biasa mendobrak hatinya, seketika
amarahnya meluap-luap dan tanganya mengepal keras sampai buku jarinya memutih. Tidak
mungkin Sugeng....... Hiro berusaha menolak kenyataanya meskipun ekspresi
kebingungan Mario semakin meruntuhkan usahanya.
“Aku akan diam
saja jika itu orang lain, tapi jika dia temanku.......” Geram Hiro merasakan
tubuhnya memanas. “Aku tidak akan tinggal diam!”
Dengan langkah lebar
di sertai emosi yang meluap-luap, Hiro melangkahkan kakinya menuju suatu
tempat. Semakin jauh ia melangkah, semakin ia merasakan kemarahan menguasai
seluruh tubuhnya.
“Hei., Kau mau kemana lagi?” Teriak Mario semakin kebingungan
melihat Hiro yang mendadak emosi.
Di saat yang sama
Sea datang ke kelas dengan terburu-buru. “Hiro, kau melihat Black Fairy?”
Tanyanya setengah panik.
Hiro tidak menghiraukan pertanyaan Sea, ia melewati gadis itu tanpa
melihat ke arahnya. Pandangannya lurus ke depan dengan rahang terkatup.
“HIRO KAU MAU KEMANA?” Teriak Sea, namun Hiro malah mempercepat
langkahnya. “Apa yang terjadi?”
Vanessa melempar pandangan menuntut penjelasan pada Mario, namun
orang itu menggelengkan kepala karena sama-sama tidak tahu apa yang terjadi.
Akhirnya Sea mengejar Samudra dengan langkah cepat, ia tidak bisa menebak-nebak
sendiri kecuali bertanya langsung pada Hiro.
Hiro menemukan sosok Samudra berjalan santai di koridor gedung
pertanian seorang diri, ia kemudian mempercepat langkahnya saat berhadapan
dengan pemuda tinggi kekar tersebut.
Brug............
Tanpa babibu lagi Hiro melayangkan satu pukulan di pelipis Samudra sehingga
pemuda itu terhuyung kebelakang.
“KEMBALIKAN
DIAAAAAAAAAAAA!!!” Teriak Hiro dengan emosi meluap-luap dari sorot matanya.
Samudra melihatnya dengan pandangan terheran-heran, tak lama kemudian
ekspresinya berubah mengeras dan tampak siap melakukan perlawanan.
Sea yang baru
sampai di tempat itu membulatkan matanya terkejut, ia membekap mulutnya sendiri
agar tidak berteriak. Detik selanjutnya ia menahan Hiro sekuat tenaga agar
tidak terjadi serangan selanjutnya.
“SALAH DIA APA?
BANGSAT!!!!!!!!” Maki Hiro tampak uring-uringan di dalam rangkulan Sea.
Mahasiswa yang
berada di sekitar sana ikut tenggelam dalam situasi panik, mereka kemudian
mengerumuni Hiro dan Samudra. Beberapa orang mencoba membantu Sea untuk menahan
pergerakan Hiro, sementara itu Samudra tampak menahan diri untuk tidak
melakukan penyerangan. Ia hanya menatap Hiro dengan tatapan tajam menusuk,
seakan ingin menguliti Hiro dengan sorot matanya.
Vanessa bergabung
dalam kerumunan itu setelah seseorang memberitahunya bahwa Hiro terlibat suatu
perkelahian. Sampai disana ia mendapati Hiro yang masih uring-uringan berada
dalam penjagaan beberapa orang, tepat di hadapanya sosok Samudra berdiri kaku
dengan tatapan lurus mematikan. Tanpa membuat jeda lebih lama Vanessa
melangkahkan kaki menghampiri seseorang, dan diantara kedua orang itu hanya
satu orang yang dipilihnya. Orang itu tidak lain adalah Samudra. Ia meraih
tangan Samudra lalu menyeretnya keluar dari kerumunan, hal itu di lakukanya
tanpa sempat melihat ke arah Hiro.
Hal itu
menyebabkan emosi Hiro semakin menjadi, ia tidak terima Vanessa pergi dengan
orang itu.
“JANGAN PERNAH
MENDEKATINYA!!! ORANG ITU BRENGSEK, ORANG ITU IBLISS....” Raung Hiro
menghabiskan volume suaranya untuk berteriak kata-kata itu.
TBC
Maaf atas keterlambatanya, semoga kekecewaan kalian terbayar ketika membaca chapter ini :) Untuk chapter selanjutnya akan bercerita dari sudut pandang Samudra yang paling misterius, sekaligus mengungkap interkasi sebenarnya dengan Vanessa.
0 komentar:
Posting Komentar