Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Weekly post

BLACK FAIRY (Fantasy) Chapter 8


                                                            BIMBANG
“Ini aku, yang waktu itu kau culik dari pementasan drama.” Gadis itu mengerling manja.
            Hiro membulatkan matanya tak percaya, ia semakin dibuat terkejut dengan pengakuan gadis itu. Hiro baru bisa mencerna apa yang terjadi setelah beberapa detik kemudian, refleks ia melepaskan pelukan gadis itu dan menghindar. Setelah Hiro melihat dengan jelas gadis itu, ia bisa memastikan bahwa pengakuanya memang benar. Ia bisa mengenali gadis itu dari wajah dan tubuh idelanya yang seperti barbie. Namun yang membuatnya heran adalah, apa yang dilakukanya di tempat ini?
            “Sea...” Panggil Vanessa dengan nada terkejut, dan gadis itu langsung berpaling padanya. Ia kemudian melempar senyum akrab ke arah Vanessa, lalu menghampirinya.
            “Aku sudah mendengar tentang pernikahan palsu kalian.” Katanya. “Aku harap dia tidak banyak merepotkanmu selama berada disini.”
            “Kemana kau selama ini?” Tanya Vanessa dengan wajah khawatir, ia tidak menggubris perkataan Sea.
            “Aku pergi ke suatu tempat karena seseorang.” Sea melirik sedikit ke arah Hiro melalui ekor matanya, Hiro menghindar dari tetapan itu dengan membuang muka ke arah lain.
            “Mengapa kau bisa sesantai ini, dosen dan para mahasiswa semuanya mengkhawatirkanmu. Sebenarnya apa yang kau lakukan selama ini?”
            Sea memutar bola matanya. “Sekarang kau jadi lebih cerewet. Tenanglah nona buruk rupa, yang jelas aku sudah kembali.”
            “Tapi tetap saja kau seharusnya...”
            “Tunggu.” Potong Sea saat melihat Vanessa dari ujung kaki hingga ujung rambut. “Apa yang terjadi dengan penampilanmu? Wah, kau tampak lebih baik sekarang.”
            Vanessa terdiam, ia mengintip ke arah Hiro melalui ekor matanya.
            “Btw, aku mau minjem Hiro buat makan malam.” Sea mengerling ke arah Hiro.
            Hiro membulatkan matanya terkejut, ia langsung menolak. “Tidak bisa, kami sudah.....”
            “Silahkan.” Jawab Vanessa memotong perkataan Hiro.
            “Asyiiik...” Sea berbinar kemudian langsung menghambur ke arah Hiro dan menggandeng tanganya. “Ayo kita pergi.”
            Hiro sempat melakukan protes namun Vanessa maupun Sea tidak menggubrisnya sama sekali. Akhirnya dia hanya bisa pasrah ketika Sea menyeretnya masuk ke dalam mobil Sport merah menyala yang sudah terpakir di depan rumah Vanessa. Saat sudah berada di mobil itu, Hiro melihat ke arah Vanessa yang masih diam saja dengan ekspresi datar.
            “Jangan lihat dia seperti itu, orang lain akan mengira bahwa kau menyukainya.” Komentar Sea.
            Hiro tersentak, ia langsung mengalihkan pandangan dari jendela mobil kemudian membetulkan posisi duduknya salah tingkah. Ia berdehem gugup dan tetap menghindari  kontak mata dengan Sea, walau bagimana pun ia masih sulit jika berhadapan dengan gadis itu. Terlebih lagi jika mengingat insiden terakhir yang melibatkan dirinya.
*          *          *
            Sea menyantap steaknya dengan santai, sementara Hiro melihat sekelilingnya dalam keadaan gugup. Cafe tempatnya berada tampak tidak terlalu ramai, hanya beberapa meja saja yang terisi.
            “Kau tidak suka makananya?” Sea bertanya.
            Hiro menggeleng, ia kemudian menatap makanan di hadapanya dengan perasaan tidak enak. “Sebenarnya apa alasanmu mengajaku makan malam?”
            “Hanya ingin makan denganmu saja. Kenapa, kau takut aku memasukan sesuatu kedalam makananmu?”
            Hiro menelan ludahnya. “Hubungan kita tidak cukup baik untuk bisa makan malam dengan santai seperti ini. Bukankah kau menaruh dendam terhadapku atas insiden terakhir?”
            Vanessa menyimpan sendoknya kemudian menopang dagu sambil tersenyum. “Awalnya aku kesal, tapi karena saudara-saudaramu sangat tampan aku jadi betah di tempat itu.”
            “Tapi tempat kami bukan sesuatu yang bila kau betah, kau bisa tinggal disana sesuka hati.”
            “Memangnya tidak ada yang memberitahumu?” Mata Sea membulat sempurna. “Aku diterima disana dengan sangat baik.”
            Hiro tercengang. “Tapi kau tidak memenuhi standar sebagai kaum kami, bagaimana ceritanya kau diterima dengan baik disana?”
            “Sebenarnya aku punya 2 kepribadian.” Bisik Sea hati-hati. “Satu kepribadian manusia, dan satu lagi kepribadian yang memiliki kelebihan. Saat aku pingsan itu adalah saat kepribadian yang satu lagi berusaha muncul untuk mendominasi.”
            Hiro menerawang kejadian waktu itu kemudian mengangguk paham. “Saat ini, kepribadian mana yang muncul?” Tanya-nya hati-hati.
            “Dua-duanya, aku berhasil menyatukan kedua kepribadian itu sehingga menjadi setengah manusia.”
            “Dan kau bisa datang ke dunia ini sesuka hatimu?”
            Sea mengangguk. “Tentu saja karena aku masih termasuk manusia.”
            “Wahh..” Hiro terkagum, detik selanjutnya ia merasakan dadanya sempit sekali. “Kau benar-benar beruntung, mudah sekali untukmu mendapatkan pengakuan dari kaum kami. Padahal tadinya kau adalah seorang manusia.”
            Hiro menghembuskan nafas berat. “Sementara aku yang merupakan anak terakhir dari kepala kaum mereka, harus melewati proses yang rumit hanya untuk mendapatkan sebuah pengakuan.”
            “Kau akan mendapatkan pengakuan dalam tingkatan yang berbeda, jika berhasil menjalankan misi itu. Tenanglah, yang jelas suatu saat kau pasti mendapatkanya.” Ucap Sea menyemangati.
            Hiro tersenyum, meyakinkan hatinya untuk mempercayai kata-kata Sea. “Apa disana baik-baik saja? Bagaimana dengan keluargaku?”
            “Disana baik, bahkan mungkin lebih baik tanpamu.” Sea terkekeh. “Keluargamu juga baik-baik saja, mereka berharap kau bisa kembali secepatnya.”         
            “Oh iya, bagaimana dengan keluargamu?”
            “Keluargaku? Mereka tidak disini, mereka selalu berada di tempat yang jauh.” Jawab Sea dengan ekspresi sedih yang berusaha di tutupinya.
            “Tetap saja, mereka pasti khawatir bila kau menghilang tiba-tiba.”
            “Mereka hanya menghubungiku sebulan sekali, mungkin untuk sekedar memastikan apakah aku masih hidup atau tidak. Saat aku menghilang, orang tuaku selalu menganggap bahwa aku sedang bersenang-senang.”
            “Bagaimana bisa begitu?”
            “Karena uang di ATM-ku bertambah setiap harinya, mereka selalu mengirim dalam jumlah yang besar. Saat aku bosan aku akan memakai uang itu untuk bersenang-senang. Aku pernah keluar negri selama 2 bulan tanpa menghubungi siapa pun, dan itu tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap mereka.”
            Ekspresi Hiro berubah sendu, ia memandang Sea dengan perasaan tak enak. “Walau bagaimanapun aku sangat menyesal telah salah mengenalimu dan sembarangan membawamu ke tempat itu, aku minta maaf.”
            “Kau tidak perlu meminta maaf. Justu aku sangat berterimakasih karena telah mengenalkan  dunia yang berbeda, sehingga aku bisa mengenal orang-orang luar biasa seperti keluargamu.”
            “Melihat dari caramu bicara sepertinya kau benar-benar tidak masalah dengan tempat itu.” Ujar Hiro tersenyum lega.
            “Bagaimana denganmu?” Tanya Sea. “Apakah pencarian Black Fairys sudah mengalami perkembangan?
            Hiro menggeleng lemas, hatinya mencelos tiap mengingat Black Fairys. “Aku baru melihatnya sekali dan dia menghilang dengan sangat cepat. Berpikir ribuan kali pun tetap saja rasanya mustahil untuk menangkap Black Fairy.”
            “Kau tidak usah khawatir, mulai sekarang aku akan membantumu.” Kata Sea nampak serius.
            “Benarkah?” Mata Hiro berbinar-binar senang mendengarnya.
            Sea mengangguk. “Oleh karena itu, kau bisa menceraikan Vanessa dan tinggal denganku.”
            Binar di mata Hiro berangsur menghilang, mendadak hatinya diliputi kebimbangan tanpa sisa rasa senang sedikitpun. Ia tidak langsung menjawabnya seperti yang Sea harapkan.
*          *          *
            Bercerai dengan Vanessa? Hanya dengan memikirkanya saja hatiku merasa tidak enak seperti ini. Apa yang sebenarnya terjadi padaku?
            Sepanjang malam itu Hiro merasakan dadanya sesak saat berpikir mengakhiri semuanya dengan Vanessa, ia merasa hal itu sangat konyol sekaligus aneh. Bukankah ia sudah mengetahui bahwa hubungan dengan Vanessa memang memiliki akhir  dan semuanya pasti selesai suatu saat nanti. Tapi mengapa hatinya seakan menolak kenyataan itu? Ia berpikir lama sekali sampai akhirnya bisa terlelap.
            Keesokan paginya mobil Sea sudah terparkir kembali di halaman rumah Vanessa. Ia tampak cantik mengenakan vest berbulu yang hangat di padukan kaos berkerah tinggi dengan jeans hitam panjang serta memakai wedges super tinggi di kakinya. Sea membiarkan rambut bergelombangnya tergerai cantik, ia kemudian melepas sunglasess nya saat melihat Hiro dan Vanessa berdiri di depan rumah mereka.
            “Ayo ke kampus bersamaku.” Seru Sea saat ia berlari ke arah Hiro dan mengapit tanganya.
            “Kenapa penampilanmu sangat berlebihan sekali, padahal kita hanya pergi ke kempus.” Komentar Hiro.
            “Ini adalah trend fashion saat ini.” Sea mengerucutkan bibirnya. “Kau tidak menyukainya? Ini bukan type mu? Apakah type yang kau sukai itu seperti yang Vanessa pakai sekarang?”
            Hiro terdiam, begitu juga Vanessa. Sea kemudian melempar pandangan tidak suka ke arah Vanessa yang saat itu tengah mengenakan dress merah bata yang di pilihkan Hiro.
            “Kita berangkat sekarang sebelum terlambat.” Seru Sea setelah ia melirik jam di pergelangan tanganya. “Ah kau juga bisa ikut, duduk di belakang ok.” Lanjutnya pada Vanessa.
            Vanessa berdiam diri saja saat Hiro sudah di seret ke dalam mobil. “Aku akan naik angkot saja.”
            “Tidak bisa.” Tegas Hiro, ia menatap Vanessa dalam-dalam. “Berangkatlah bersama kami.”
            Sea mengangguk . “Iya, kau tidak usah sungkan. Ikut saja.”
            Setelah menimang cukup lama, Vanessa pun akhirnya ikut bergabung masuk ke dalam mobil yang di kemudikan Sea.
*          *          *
            Saat Vanessa sumringah melihat Samudra dan mengejarnya ke gedung Fakultas Pertanian, Hiro mulai merasakan ada yang aneh di dadanya. Sementara itu Sea tidak menjauhkan diri sedikit pun dari Hiro dan terus menempel padanya kemana pun dia pergi. Meskipun merasa risih, ia tidak bisa melakukan apa-apa karena berhutang maaf pada gadis itu. Terlebih jika saat ini gadis itu adalah bagian dari kaumnya.
            “Katanya kau benci manusia..” Kata Sea, kala itu mereka sedang berjalan menuju kelas Hiro.
            “Benar, tapi kupikir mereka tidak brengsek semuanya.” Jawab Hiro.
            “Contohnya Vanessa? Memangnya dia sebaik apa?”
            Hiro membenarkan. “Tapi bukan hanya dia, ada juga Sugeng dan Mario. Mereka adalah teman-temanku.”
            “Tapi kan mereka sudah menerima bubuk manipulasi pikiran dari Gellar.”
            “Meskipun tidak diberi bubuk manipulasi pikiran, Mario dan Sugeng tetaplah orang yang baik. Ramon tidak salah memilih mereka untuk menjadi temanku selama di dunia manusia.”
            Sea hanya mengangguk-angguk paham. Sepanjang perjalanan itu banyak sekali mata yang melihat ke arah mereka dengan tatapan kagum, iri, sinis dan lain sebagainya. Pasalnya Hiro berstatus sebagai suami orang lain, namun di sisi lain mereka tidak bisa menolak pesona Sea yang luar biasa cantik.
            “Mereka pasangan yang sangat cocok jika saja Hiro belum menikah dengan orang lain..” Celoteh seorang gadis dari salah satu gerombolan mahasiswi yang mereka lewati.
            Sea tersenyum senang mendengarnya, sementara itu pikiran Hiro masih di liputi bayangan wajah buruk rupa Vanessa. Ia benar-benar tidak mengerti perasaanya sendiri, sepenuhnya ia menyalahkan bubuk manipulasi pikiran yang sudah mengubah image Vanessa dalam pandangan Hiro.
*          *          *
            “Kenapa sih kamu rakus banget jadi cowok.” Celoteh Mario saat Hiro sudah bergabung denganya di dalam kelas, Sea pergi ke direktorat untuk mengurus suatu  hal. “Kau kan sudah punya Vanessa, kenapa masih menggandeng cewek lain ke kampus.”
            “Dan dahsyatnya lagi dia itu Sea broooh.” Sugeng menambahkan. “Cewek yang 100% bertolak belakang dengan Vanessa.”
            “Kamu kalau mau pilih Sea, ceraikan dulu Vanessa. Jangan giniin mereka seenak jidat.” Protes Mario.
            Hiro memutar bola matanya malas. “Kalian kalo gak tau apa-apa jangan so tau.”
            “Tapi ngomong-ngomong gimana caranya kamu bisa merayu Sea?” Tanya Sugeng antusias. “Selain cantik, dia kan tajir luar biasa.”
            Mario ikut antusias “Betul itu.. Ko tiba-tiba kamu bisa berangkat bareng dia?”
            “Meskipun aku menceritakanya, kalian gak bakalan percaya.”
            Sugeng dan Mario mendengus kesal
            “Bilang saja kau tidak ingin menceritankanya pada kami.” Keluh Mario.
            “Oh iya, ibuku mengundang kalian ke rumah pulang kuliah nanti.” Ujar Sugeng.
            “Ke rumah kamu?” Ulang Hiro antusias, ia sangat berkesan dengan keramahan keluarga Sugeng terutama ibunya saat dulu ke rumah mereka. “Ada apa nih?”
            “Kemarin ibuku menyemblih sapi, dia ingin mengundang kalian mencicipi rendang buatanya.” Jawab Sugeng, ia kemudian melanjutkan dengan nada serius. “Dan ada suatu hal yang ingin ku tunjukan pada kalian.”
            “CD porno baru?” Tanya Mario antusias.
            Sugeng dan Hiro menjitaknya bersamaan. “Bokep mulu otak lu.”
            “Pokonya pulang kuliah kalian harus ikut ke rumah, ok!”
            “Siap.. Apa lagi kalo ada acara makan-makan.” Hiro menjawab dengan senyum penuh minat.
*          *          *
            Pada pertengahan siang itu langit memang sedikit mendung. Hiro mengikuti kelasnya dengan malas-malasan, ia melihat Sugeng dan Mario juga menguap beberapa kali karena bosan. Saat Hiro mengintip ke luar jendela ia menemukan langit mendung dengan pergerakan aneh, ia juga mendapati angin di luar bertiup kencang sehingga menerbangkan daun-daun. Feeling Hiro merasakan ada yang tidak beres dengan cuaca hari ini.
            Tak lama kemudian Hiro di buat terkejut oleh suara mendengung mirip lolongan kereta. Tiba-tiba saja ia merasakan bulu kuduknya berdiri, sekilas ia mengingat Anjani. Pembunuhan yang terlupakan. Hiro kemudian menyapu seisi kelas dengan pandangan matanya, dan seperti dugaanya, suasana disana tampak normal seperti biasa seakan tidak terjadi apa-apa. Hiro dilanda rasa penasaran luar biasa, namun ia teringat pesan Pery yang menyuruhnya tidak terlibat sedikit pun dalam kasus Pembunuhan yang terlupakan. Pada akhirnya ia hanya duduk berdiam diri dengan pikiran berkecamuk.
            Siapakah yang akan menjadi korban selanjutnya?
            Bagaimana cara mereka memilih korbanya?
            Bagaimana cara mereka membunuhnya?
            Apakah Black Fairy akan muncul?
            Ya, Black Fairy pasti muncul..
            Keadaan mencekam itu terjadi sekitar 5 menit, sebelum akhirnya suara mengerikan itu berhenti dan angin berangsur menghilang. Hiro beranjak dari duduknya dan berlari keluar ruangan, ia mengabaikan titah dosen di kelasnya untuk tetap disana. Hiro mengintip langit yang mulai menurunkan kabut tebal, ia kemudian berlari ke lapangan terbuka. Membiarkan kabut tebal itu turun mengerumuninya dan sengaja membiarkan dirinya sendiri dalam keadaan menggigil karena perubahan temperatur yang tiba-tiba.
            “Aku harus menemukan Black Fairy.” Gumam Hiro pada dirinya sendiri. Ia yakin Black Fairy akan muncul untuk menghilangkan kabut-kabut aneh itu, dan ia hanya perlu mengikuti kemana arah kabut itu menghilang untuk bisa melihat Black Fairy lagi.
            Tepat seperti perkiraanya kabut aneh itu akhirnya mulai menghilang dari sekitarnya dan pergi menuju suatu arah. Tanpa pikir panjang Hiro langsung bergegas mengikutinya, dan alangkah terkejutnya dia saat mendapati punggung kekar berbaju besi tepat berada di hadapanya. Dan ia sangat yakin bahwa sosok yang telah mengincar sesuatu itu benar-benar Samudra.
            Namun ia dan Samudra sama-sama harus menelan kekecewaan, pasalnya kehadiran Black Fairys hanya muncul sekilas. Ia tidak lagi membiarkan Hiro menatapnya dengan dada berdebar keras, melainkan segera meluncur kedalam plukan langit setelah hitungan detik kemunculanya. Hiro segera beranjak menjauh dari sana sebelum Samudra menyadari keberadaanya.
*          *          *
            Saat kembali ke kelas, Hiro sadar jam kuliahnya telah selesai. Ia kemudian menghampiri Mario yang sedang membereskan buku-bukunya.
            “Dari mana saja tadi? Dosen mencoret nama mu dari daftar hadir.” Tanya Mario heran.
            “Ada sedikit urusan, biarkan saja lah.” Jawab Hiro tak peduli. “Jadi ke rumah Sugeng kan? Lho, anaknya kemana?”
            Mario terdiam, ia melihat Hiro dengan wajah kebingungan. “Apa maksudmu? Ke rumah siapa?”
            “Rumah Sugeng, tadikan dia bilang kita..........” Ucapan Hiro menggantung, ia tersadar akan suatu hal. “Kau kenal orang bernama Sugeng di kelas ini?” Tanya Hiro hati-hati.
            Mario menggelengkan kepalanya. “Bahkan aku baru mendengar nama itu sekarang.”
            Hiro merasakan aliran listrik menyengat seluruh tubuhnya sehingga bergetar hebat, ia menggeleng tak percaya. “Tidak mungkin....” Apakah dia korban selanjutnya?
            “Sebenarnya apa yang kau bicarakan?” Tanya Mario masih kebingungan.
            Hiro tidak bisa mendengar pertanyaan itu karena seluruh pikirananya dipenuhi bayang Sugeng. Saat mengingatnya ia merasakan kehampaan luar biasa mendobrak hatinya, seketika amarahnya meluap-luap dan tanganya mengepal keras sampai buku jarinya memutih. Tidak mungkin Sugeng....... Hiro berusaha menolak kenyataanya meskipun ekspresi kebingungan Mario semakin meruntuhkan usahanya.
            “Aku akan diam saja jika itu orang lain, tapi jika dia temanku.......” Geram Hiro merasakan tubuhnya memanas. “Aku tidak akan tinggal diam!”
            Dengan langkah lebar di sertai emosi yang meluap-luap, Hiro melangkahkan kakinya menuju suatu tempat. Semakin jauh ia melangkah, semakin ia merasakan kemarahan menguasai seluruh tubuhnya.
“Hei., Kau mau kemana lagi?” Teriak Mario semakin kebingungan melihat Hiro yang mendadak emosi.
            Di saat yang sama Sea datang ke kelas dengan terburu-buru. “Hiro, kau melihat Black Fairy?” Tanyanya setengah panik.
Hiro tidak menghiraukan pertanyaan Sea, ia melewati gadis itu tanpa melihat ke arahnya. Pandangannya lurus ke depan dengan rahang terkatup.
“HIRO KAU MAU KEMANA?” Teriak Sea, namun Hiro malah mempercepat langkahnya. “Apa yang terjadi?”
Vanessa melempar pandangan menuntut penjelasan pada Mario, namun orang itu menggelengkan kepala karena sama-sama tidak tahu apa yang terjadi. Akhirnya Sea mengejar Samudra dengan langkah cepat, ia tidak bisa menebak-nebak sendiri kecuali bertanya langsung pada Hiro.
Hiro menemukan sosok Samudra berjalan santai di koridor gedung pertanian seorang diri, ia kemudian mempercepat langkahnya saat berhadapan dengan pemuda tinggi kekar tersebut.
            Brug............ Tanpa babibu lagi Hiro melayangkan satu pukulan di pelipis Samudra sehingga pemuda itu terhuyung kebelakang.
            “KEMBALIKAN DIAAAAAAAAAAAA!!!” Teriak Hiro dengan emosi meluap-luap dari sorot matanya. Samudra melihatnya dengan pandangan terheran-heran, tak lama kemudian ekspresinya berubah mengeras dan tampak siap melakukan perlawanan.
            Sea yang baru sampai di tempat itu membulatkan matanya terkejut, ia membekap mulutnya sendiri agar tidak berteriak. Detik selanjutnya ia menahan Hiro sekuat tenaga agar tidak terjadi serangan selanjutnya.
            “SALAH DIA APA? BANGSAT!!!!!!!!” Maki Hiro tampak uring-uringan di dalam rangkulan Sea.
            Mahasiswa yang berada di sekitar sana ikut tenggelam dalam situasi panik, mereka kemudian mengerumuni Hiro dan Samudra. Beberapa orang mencoba membantu Sea untuk menahan pergerakan Hiro, sementara itu Samudra tampak menahan diri untuk tidak melakukan penyerangan. Ia hanya menatap Hiro dengan tatapan tajam menusuk, seakan ingin menguliti Hiro dengan sorot matanya.
            Vanessa bergabung dalam kerumunan itu setelah seseorang memberitahunya bahwa Hiro terlibat suatu perkelahian. Sampai disana ia mendapati Hiro yang masih uring-uringan berada dalam penjagaan beberapa orang, tepat di hadapanya sosok Samudra berdiri kaku dengan tatapan lurus mematikan. Tanpa membuat jeda lebih lama Vanessa melangkahkan kaki menghampiri seseorang, dan diantara kedua orang itu hanya satu orang yang dipilihnya. Orang itu tidak lain adalah Samudra. Ia meraih tangan Samudra lalu menyeretnya keluar dari kerumunan, hal itu di lakukanya tanpa sempat melihat ke arah Hiro.
            Hal itu menyebabkan emosi Hiro semakin menjadi, ia tidak terima Vanessa pergi dengan orang itu.
          “JANGAN PERNAH MENDEKATINYA!!! ORANG ITU BRENGSEK, ORANG ITU IBLISS....” Raung Hiro menghabiskan volume suaranya untuk berteriak kata-kata itu.
TBC
            Maaf atas keterlambatanya, semoga kekecewaan kalian terbayar ketika membaca chapter ini :) Untuk chapter selanjutnya akan bercerita dari sudut pandang Samudra yang paling misterius, sekaligus mengungkap interkasi sebenarnya dengan Vanessa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar